Nim : 1402055161
Warsito, Sang Tulang Punggung Keluarga
Pagi belum datang Warsito telah sibuk meramu adonan
miliknya, diaduk-aduknya adonan itu hingga bercampur rata, peluh keringat pun mengalir
di sekujur tubuhnya. Warsito adalah perantau asal Surabaya yang mengadu nasib
di Samarinda. Setiap hari Warsito berjualan pentolan untuk membiayai hidupnya
serta ibu dan satu orang adiknya. Ayah Warsito telah meninggal dunia, sebagai
anak sulung dan laki-laki sendiri di rumahnya mengharuskan Warsito menjadi
tulang punggung untuk keluarganya.
Bekerja menjadi penjual pentol di perantauan tak
pernah terpikirkan oleh Warsito. Cita-cita Warsito adalah menjadi seorang
tentara. Sempat ingin mendaftar menjadi tentara tetapi niatnya pun diurungkan
karena mendadak ayahnya meninggal dan membuatnya harus bekerja menggantikan ayahnya.
Berikut kutipan wawancara saya
bersama mas Warsito :
Adnan (Wartawan)
Nama lengkapnya siapa mas?
Warsito ( Narasumber)
Warsito mas.
Adnan (Wartawan)
Sudah lama berjualan pentol mas?
Warsito ( Narasumber)
Yah sudah hampir setahun lebih
mas.
Adnan (Wartawan)
Pekerjaan terakhir sebelum
bekerja sebagai penjual pentol apa mas?
Warsito ( Narasumber)
Dulu saya di kampung sempat jadi
buruh bangunan mas.
Adnan (Wartawan)
Apakah dari awal sudah berjualan
pentol memakai motor?
Warsito ( Narasumber)
Tidak mas, awalnya saya berjualan
sambil jalan kaki. Pas duit sudah terkumpul baru saya beli motor ini.
Adnan (Wartawan)
Apakah sudah lama berjualan
pentol di area unmul ini?
Warsito ( Narasumber)
Saya baru berjualan disini selama
3 hari mas.
Adnan (Wartawan)
Sebelum berjualan di unmul
biasanya berjualan dimana mas?
Warsito ( Narasumber)
Sebelumnya di SMA 10 mas.
Adnan (Wartawan)
Sejak pukul berapa anda membuat
adonan pentol ini?
Warsito ( Narasumber)
Biasanya saya membuat adonan sebelum
subuh.
Adnan (Wartawan)
Modal untuk berjualan berapa
sehari mas?
Warsito ( Narasumber)
Kalau untuk modal biasanya
habis 200rb mas.
Adnan (Wartawan)
Keuntungan dari berjualan pentol
berapa sehari?
Warsito ( Narasumber)
Yah kira-kira antara 150-200rb
mas.
Adnan (Wartawan)
Ide berjualan pentol ini muncul
dari mana?
Warsito ( Narasumber)
Yah dari saya sendiri, kebetulan
dulu pernah bekerja dengan orang yang berjualan pentol juga.
Adnan (Wartawan)
Mulai berjualan dari pukul berapa
dan selesai pukul berapa?
Warsito ( Narasumber)
Saya berjualan dari pukul
setengah 9 sampai paling mentok jam 6 sore.
Adnan (Wartawan)
Apakah sering menghadapi hambatan
ketika berjualan?
Warsito ( Narasumber)
Yah hambatan sih selalu ada mas,
mulai dari ban bocor hingga mesin motor yang gak mau nyala.
Adnan (Wartawan)
Usia sekarang berapa mas?
Warsito ( Narasumber)
22 tahun mas.
Adnan (Wartawan)
Apakah sudah menikah mas?
Warsito ( Narasumber)
Belum mas.
Adnan (Wartawan)
Apakah warga asli samarinda atau
perantau?
Warsito ( Narasumber)
Saya perantau dari Surabaya mas.
Adnan (Wartawan)
Sudah lama merantau di Samarinda?
Warsito ( Narasumber)
Yah kira-kira sudah hamper
setahun enam bulan mas.
Adnan (Wartawan)
Pendidikan terakhir anda apa mas?
Warsito ( Narasumber)
SMA mas.
Adnan (Wartawan)
Tinggal dimana sekarang mas?
Warsito ( Narasumber)
Sekarang saya ngontrak rumah di
jalan perjuangan mas.
Adnan (Wartawan)
Apakah anda merokok?
Warsito ( Narasumber)
Alhamdullilah tidak mas.
Adnan (Wartawan)
Hasil keuntungan dari berjualan
pentol anda gunakan buat apa mas?
Warsito ( Narasumber)
Selain saya nikmati sendiri, juga
saya kirim ke kampung untuk ibu saya sekaligus untuk membiayai adik saya yang
masih sd untuk bersekolah mas.
Adnan (Wartawan)
Bisakah anda ceritakan mengapa
memilih merantau dan bekerja di samarinda?
Warsito ( Narasumber)
Sebelum saya merantau ke
Samarinda sebenarnya saya ingin masuk tentara mas, tetapi mendadak ayah saya
meninggal dan membuat saya menjadi tulanga punggung keluarga. Akhirnya niat
saya untuk menjadi tentara saya urungkan dan lebih memilih untuk bekerja.
Kebetulan ada teman yang mengajak saya untuk merantau ke samarinda. Hingga
akhirnya saya berjualan pentolan.
Adnan (Wartawan)
Jika tidak berjualan pentol lagi
apa yang akan dilakukan?
Warsito ( Narasumber)
Palingan saya akan pulang kampung
mas.
Adnan (Wartawan)
Kapan terakhir kali pulang
kampong mas?
Warsito ( Narasumber)
Selama merantau di Samarinda ini tidak
pernah sama sekali mas.
Adnan (Wartawan)
Apakah anda rindu keluarga yang
di kampung?
Warsito ( Narasumber)
Kalau itu sih pasti mas.
Adnan (Wartawan)
Apakah sering juga berkomunikasi
dengan keluarga di kampung?
Warsito ( Narasumber)
Iya mas, tiap saat.
Adnan (Wartawan)
Oke mas, terima kasih untuk
wawancaranya. Semoga sukses untuk jualannya.
Warsito ( Narasumber)
Iya mas, sama-sama.