Selasa, 02 Juni 2015

Nama : Atikah Widyanisa
NIM : 1402055130




Mati Listrik di Wilayah Samarinda, Tenggarong, dan Balikpapan

Malam, 18 Februari 2015, Samarinda, Tenggarong dan Balikpapan mengalami mati listrik secara bersamaan. Konon kabarnya karena ada gangguan transmisi. Entah apa yang dimaksud dengan gangguan transmisi itu, namun yang pasti malam menjelang imlek gelap gulita. Di Samarinda, awalnya banyak yang mengira matinya aliran listrik karena ada kebakaran di daerah kemakmuran. Tapi kemudian ternyata bukan itu sebab lewat media sosial muncul banyak kicauan bahwa matinya aliran listrik juga terjadi di berbagai penjuru. Kemudian, beredar SMS bahwa gangguan listrik kemungkinan baru bisa diatasi esok hari atau butuh waktu yang agak panjang untuk mencari sumber masalah yang belum jelas. Kabar ini tentu saja membuat pemakai Smartphone yang tak punya powerbank menjadi pusing karena baterei mulai sekarat. Sementara yang lainnya segera bergegas ke warung untuk memberi lilin karena lampu LED lupa di charge.
“saya merasa sangat tidak nyaman dengan terus-menerus harus mengalami pemadaman listrik seperti ini, saya sudah bayar listrik setiap bulannya namun tetap saja seringkali pemadaman listrik seperti ini terjadi” tutur ida, yang merupakan salah satu warga di Samarinda. Mati-nya aliran listrik secara merata dengan segala macam reaksinya menunjukkan bahwa energi listrik merupakan kebutuhan dasar dan kebutuhan dasar itu ternyata sangat rentan terhadap ancaman, ketika jaringan lumpuh, pihak penyelenggara layanan tidak mempunyai sistem back up. Penelusuran masalah yang menjadi penyebab juga tidak bisa dilakukan dengan cepat. Material pemantik energi yang di gali dan disedot dari daerah ini bukan hanya menerangi banyak tempat yang jauh di seberang, namun juga menumbuhkan industri dan mensejahterakan masyarakat di sana. Para ahli ekonomi pernah mempopulerkan istilah kutukan sumber daya alam. Istilah yang merupakan simpulan atas daerah-daerah atau negara-negara yang kaya sumberdaya alam namun justru menjadi serba berkekurangan karena salah urus kekayaannya. Ironi ini menjadi jelas di depan pelupuk mata kita, saat gunung batubara hilir mudik melintasi sungai Mahakam untuk dibawa jauh ke seberang. Entah seperti apa para pengambil kebijakan mengatur pengelolaan sumberdaya alam yang berkemanfaatan bagi warga tempatan. Prinsip utama dari tanggung jawab sosial adalah manfaat bagi orang setempat.