Nama : Atikah Widyanisa
NIM : 1402055130
Mati
Listrik di Wilayah Samarinda, Tenggarong, dan Balikpapan
Malam, 18 Februari 2015, Samarinda, Tenggarong dan Balikpapan
mengalami mati
listrik secara bersamaan. Konon kabarnya karena ada gangguan
transmisi. Entah apa yang dimaksud dengan gangguan transmisi itu, namun yang
pasti malam menjelang imlek gelap gulita. Di Samarinda, awalnya banyak yang
mengira matinya aliran listrik karena ada kebakaran di daerah kemakmuran. Tapi
kemudian ternyata bukan itu sebab lewat media sosial muncul banyak kicauan
bahwa matinya aliran listrik juga terjadi di berbagai penjuru. Kemudian,
beredar SMS bahwa gangguan listrik kemungkinan baru bisa diatasi esok hari atau
butuh waktu yang agak panjang untuk mencari sumber masalah yang belum jelas.
Kabar ini tentu saja membuat pemakai Smartphone yang tak punya powerbank
menjadi pusing karena baterei mulai sekarat. Sementara yang lainnya segera
bergegas ke warung untuk memberi lilin karena lampu LED lupa di charge.
“saya merasa sangat tidak nyaman dengan terus-menerus harus
mengalami pemadaman listrik seperti ini, saya sudah bayar listrik setiap
bulannya namun tetap saja seringkali pemadaman listrik seperti ini terjadi”
tutur ida, yang merupakan salah satu warga di Samarinda. Mati-nya aliran
listrik secara merata dengan segala macam reaksinya menunjukkan bahwa energi
listrik merupakan kebutuhan dasar dan kebutuhan dasar itu ternyata sangat
rentan terhadap ancaman, ketika jaringan lumpuh, pihak penyelenggara layanan
tidak mempunyai sistem back up. Penelusuran masalah yang menjadi penyebab juga
tidak bisa dilakukan dengan cepat. Material pemantik energi yang di gali dan
disedot dari daerah ini bukan hanya menerangi banyak tempat yang jauh di
seberang, namun juga menumbuhkan industri dan mensejahterakan masyarakat di
sana. Para ahli ekonomi pernah mempopulerkan istilah kutukan sumber daya alam.
Istilah yang merupakan simpulan atas daerah-daerah atau negara-negara yang kaya
sumberdaya alam namun justru menjadi serba berkekurangan karena salah urus
kekayaannya. Ironi ini menjadi jelas di depan pelupuk mata kita, saat gunung
batubara hilir mudik melintasi sungai Mahakam untuk dibawa jauh ke seberang. Entah
seperti apa para pengambil kebijakan mengatur pengelolaan sumberdaya alam yang
berkemanfaatan bagi warga tempatan. Prinsip utama dari tanggung jawab sosial
adalah manfaat bagi orang setempat.