Jumat, 05 Juni 2015

Nama               : M. Dwi Juliannur
NIM                : 1402055146

 

 

Setia Hingga Ujung Usia, Fisik dan Materi Bukan Segalanya

Penerapan Cinta Sejati Pasutri Pemulung

Valentine terkadang hanya simbolis. Dalam kehidupan sehari-hari, penerapan serta makna hari kasih sayang kerap diabaikan. Namun tidak bagi pasangan Arjono dan Rusmiati. Walau mereka tidak mengerti arti valentine, tapi pasangan ini berhasil menerapkan makna kasih sayang dalam rumah tangga mereka.


SUDAH 35 tahun lebih, Arjono dan Rusmiati disatukan dalam ikatan pernikahan. Selama menjalani bahtera rumah tangga, mereka dikaruniai dua anak dan seorang cucu. Walau pasangan pekerja keras, namun keberuntungan sepertinya belum berpihak. Hingga di usia senjanya,  mereka masih menjadi pemulung untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sekitar pukul 16.00 Wita kemarin, Saya menemui Arjono di sebuah penumpukan barang bekas di RT 24, Jalan Kurnia Makmur, Kelurahan Harapan Baru, Loa Janan Ilir. Pria 57 tahun ini mengamati beberapa jenis kemasan bekas minuman.
Walau tua, Harjono gesit. Tangan yang hitam legam mampu memilih jenis barang bekas sesuai kategorinya. Terik matahari yang cukup menyengat ternyata tak jadi penghalang baginya untuk mencari nafkah. Sesekali ia harus memikul beban yang cukup berat untuk memindahkan karung yang berisi barang bekas berukuran besar dari satu tempat ke tempat yang lain.
“Yang saya angkat tadi sudah dipilihin. Isinya barang-barang berbahan plastik,” ungkap Harjono dengan nafas tersengal.
Pria asal Bondowoso, Jawa Timur ini terlihat lelah. Sembari melepas penat, ia menghampiri awak media ini. Dua filter kendaraan berat berbentuk tabung di depan gubuk berukuran 2x3 meter menjadi kursi untuk melepas lelahnya. “Ada apa mas cari saya,” tanya Harjono sembari menyapu peluh yang menenuhi wajahnya menggunakan topi lusuhnya.
Setelah diberi penjelasan tentang maksud kedatangan kami, pria tua ini terlihat tak begitu antusias. Namun ia tetap menjawab beberapa pertanyaan mengenai kehidupan sehari-harinya. “Saya baru dua tahun tinggal di Samarinda. Sebelumnya saya tinggal di Bali. Kerjaan saya di sana sama seperti di sini,” ujarnya singkat.
Ditanya tentang penghasilan, pria tua ini enggan blak-blakan. Tanpa menyebutkan angka pasti berapa uang yang ia dapat setiap harinya, Harjono mengaku pekerjaan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. “Hasilnya cukup untuk beli beras, sayur dan beberapa kebutuhan lain. Kalau ada lebih ya saya ya tabung,” ulasnya.
Di tengah tanya jawab, pintu sederhana yang terbuat dari plywood tepat di kirinya berderit dan kemudian terbuka. Seorang wanita tua yang tak lain Rusmiati keluar. Sembari batuk, Rusmiati mengumbar senyum. Walau demikian senyum yang ia berikan tampak tak sempurna. Sejumlah luka bakar hebat terlihat jelas masih membekas di wajah wanita 55 tahun ini.
“Siapa ini,” tanya Rusmiati kepada Harjono. “Dia tanya-tanya tentang pendapatan kita,” timpal Harjono menjawab.
Sore itu Rusmiati terlihat kurang sehat. Rambutnya acak-acakan dan nafasnya terdengar sesak. Beberapa kali ia batuk dan mengeluarkan dahak. Spontan kakek ini pun menjelaskan kepada kami mengapa istrinya seperti itu. “Beberapa hari ini dia sakit. Makanya tadi istirahat saja di rumah,” kata Harjono menjelaskan.
Dalam kondisi sakit, Rusmiati tetap tidak tega melihat suaminya bekerja sendiri memilah sampah hasil mulung yang dilakukannya sejak pagi hingga sore hari. Di tengah fisiknya yang lemah, wanita ini turun ke depan gubuknya untuk membantu sang suami memilah sampah sebelum disetor ke pengepul.
Tak tega melihat kondisi istrinya, Harjono langsung menegurnya. “Sudah nanti saja saya bereskan, kamu istirahat saja,” serunya kepada Rusmiati. Walau demikian wanita ini tetap bersikukuh membantu suaminya. Akhirnya Harjono memutuskan kembali bekerja memilah barang bekas yang hendak diantar ke pengepul. “Saya tinggal dulu ya. Saya selesaikan pekerjaan dulu,” ujarnya kepada awak media ini.
Di tengah tumpukan sampah, pasangan nenek dan kakek ini tetap mesra. Mereka saling membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sesekali Harjono menyeletuk menjelaskan tentang sifat istrinya yang sedikit keras kepala.
“Dia itu memang gitu orangnya. Kadang sakit saja masih maksa ikut saya mencari barang bekas. Padahal sudah saya larang, tapi dia tetap ngotot,” kata Harjono dengan suara lantang.
Mendengar ucapan sang suami, Rusmiati tak banyak bicara. Luka bakar 75 persen di tubuhnya akibat kebakaran di Bali 2013 silam membuatnya mengalami gangguan fisik. Termasuk saat berbicara. Ia hanya tersenyum kecil mendengar ungkapan yang dilontarkan suaminya.
Matahari mulai terbenam. Beberapa karung barang bekas berhasil dipilah hanya dalam dua jam. Dalam kondisi lelah dan sakit, Rusmiati setia melayani suaminya. Ia masuk ke rumah, mempersiapkan hidangan sederhana untuk makan malam.
Rusmiati memang tidak secantik 20 tahun lalu. Kesetiaan, pengorbanan hingga ketulusan membuat keluarga kecil ini bertahan hingga di ujung usia. Tentu cerita ini berbeda dengan realita yang banyak kita temukan saat ini. Akibat masalah kecil, banyak pasangan muda yang memutuskan berpisah melalui jalan perceraian.