1402055145
Memulai Usaha Bisnis Dagang di Usia yang
Masih Muda
Kunjungan di kediaman Supriadi. Sudah berjalan setahun
usai Sekolah Menengah Atas. Dia mampu berinovasi,Berjualan teh dua daun yang
baru-baru ini laris di kota Tenggarong. Usaha yang digelutinya itu mampu
mencapai omset Rp. 2.500.000,- perbulan.
Pagi sekitar pukul
07.30 waktu setempat, saya mengunjungi sebuah rombong atau warung, tempat
Supriadi atau yang biasa disapa Adi ini berjualan dagangannya yaitu teh dua
daun. Di tengah kunjungan, saya temui Adi sedang asik mempersiapkan dagangannya
tersebut. Adi ini sekarang menggeluti
usaha bisnis teh dua daun. Satu jenis teh yang paling laris dijualnya yaitu teh
rasa original.
Teh ini berbahan dasar
daun teh asli yang telah diolah dan ada juga teh dengan rasa buah-buahan atau
biasa disebut fruit tea. “Bahan dasar teh dua daun ini memang cukup sederhana,
pembuatannya juga mudah dan praktis”. ujar Adi.
Adi yang baru saja lulus sekolah menegah atas ini lebih
memilih untuk merintis usaha berbisnis atau berdagang dari pada mencari-cari
pekerjaan atau melamar kerja kesana kemari. “Lebih baik menciptakan lapangan
kerja dari pada mencari kerja, karena lowongan kerja saat ini susah.”
lanjut Adi sambil menunggu rombong
dagangannya tersebut.
Usaha
minuman segar dingin seperti teh ini memang menguntungkan. Ini sudah dibuktikan
sendiri oleh Adi. Untuk minuman tersebut untuk di daerah Kec.Tenggarong juga
sudah mulai ramai berjualan teh dua daun.Teh ini merupakan minuman yang banyak
dijumpai. Baik rombong-rombong dipinggir jalan pun sudah menjamur. Kreasi teh
juga sudah berkembang dengan aneka rasa seperti milktea, milotea,bublegum dan
aneka rasa lainnya.
“Berawal
dari mencicipi manisnya teh dua daun saat masih duduk di bangku sekolah, lalu
berkeinginan untuk mengembangkan usaha.” Ujar Adi. Kenangan munculnya inspirasi
yang tidak akan dilupakannya. Ketika itu Adi langsung mencari informasi tentang
pembuatan teh dua daun. Berbagai macam cara yang berbeda ia dapatkan resepnya
dari teman juga internet. Dari banyak versi tersebut Adi memadukan sehingga
tercipta resep ala Supriadi.
Teh
buatan Adi ini memang beda. Meskipun kita belum merasakannya dengan
perbandingan teh dua daun yang lain di Tenggarong ini. Seiring manis dan
segarnya minuman tersebut, penjualannya juga laris manis. Keuntungan bisa dua
kali lipat dari modal yang dikeluarkan untuk bahan dasarnya. Perhari Adi mampu
menjual teh dua daun sebanyak 80 buah cup atau gelas dengan total biaya modal
dasar sebesar Rp 50.000,-. Satu gelas teh dijual seharga Rp 6.000,- untuk
ukuran kecil dan 10.000,- untuk ukuran jumbo .Dapat diketahui keuntungannya Rp.
80.000,- perhari. Apabila dihitung selama satu bulan berarti keuntungannya bisa
mencapai omset Rp. 2.500.000,-.
Adi
menyiapkan beberapa strategi khusus untuk mengatasi lemahnya penjualan. Agar
tetap laris manis strategi yang dapat dibocorkan olehnya yaitu pertama
mempertahankan dan mengembangkan rasa.
Adi akan membuat teh dua daun dengan aneka rasa, tidak hanya teh berasa
asli atau original saja, namun beragam bentuk dan rasa. Hal itu penting agar
pelanggan tahu dan mengenal lebih akrab dengan teh dua daun buatan Adi.
Selama
ini teh-teh buatan adi dikemas biasa-biasa saja karena kapasitas produksi masih
terbatas. Tapi untuk teh dua daun ini, Adi lebih serius mengelola pembuatannya.
Karena konsumen sudah banyak yang membeli dan berlangganan. Banyak
persiapan-persiapan yang dilakukannya mulai dari penambahan modal, penyediaan tempat
yang strategis, sampai dengan kemasan dan iklan yang akan dibuat lebih menarik
lagi. “Biar pengunjung lebih manis lagi.” ujarnya.
Teh
dua daun yang dikenal segar dingin manis ini juga akan dikreasikan dengan rasa
cincau atau jeli. Karena masyarakat lebih cenderung suka dengan teh dengan
campuran cincau atau jeli. “Maka dari itu saya akan lebih banyak mengkreasikan
teh dua daun saya ini. Tidak hanya segar dingin saja,” tutur Adi sambil menyuguhkan segelas teh dua daun
buatannya.