Selasa, 02 Juni 2015

M. Fachrian Noor Hidayat
1402055145



Memulai Usaha Bisnis Dagang di Usia yang Masih Muda

            Kunjungan di kediaman Supriadi. Sudah berjalan setahun usai Sekolah Menengah Atas. Dia mampu berinovasi,Berjualan teh dua daun yang baru-baru ini laris di kota Tenggarong. Usaha yang digelutinya itu mampu mencapai omset Rp. 2.500.000,- perbulan.
 














Pagi sekitar pukul 07.30 waktu setempat, saya mengunjungi sebuah rombong atau warung, tempat Supriadi atau yang biasa disapa Adi ini berjualan dagangannya yaitu teh dua daun. Di tengah kunjungan, saya temui Adi sedang asik mempersiapkan dagangannya tersebut. Adi  ini sekarang menggeluti usaha bisnis teh dua daun. Satu jenis teh yang paling laris dijualnya yaitu teh rasa original.

Teh ini berbahan dasar daun teh asli yang telah diolah dan ada juga teh dengan rasa buah-buahan atau biasa disebut fruit tea. “Bahan dasar teh dua daun ini memang cukup sederhana, pembuatannya juga mudah dan praktis”. ujar Adi.

            Adi yang baru saja lulus sekolah menegah atas ini lebih memilih untuk merintis usaha berbisnis atau berdagang dari pada mencari-cari pekerjaan atau melamar kerja kesana kemari. “Lebih baik menciptakan lapangan kerja dari pada mencari kerja, karena lowongan kerja saat ini susah.” lanjut  Adi sambil menunggu rombong dagangannya tersebut.
Usaha minuman segar dingin seperti teh ini memang menguntungkan. Ini sudah dibuktikan sendiri oleh Adi. Untuk minuman tersebut untuk di daerah Kec.Tenggarong juga sudah mulai ramai berjualan teh dua daun.Teh ini merupakan minuman yang banyak dijumpai. Baik rombong-rombong dipinggir jalan pun sudah menjamur. Kreasi teh juga sudah berkembang dengan aneka rasa seperti milktea, milotea,bublegum dan aneka rasa lainnya.
“Berawal dari mencicipi manisnya teh dua daun saat masih duduk di bangku sekolah, lalu berkeinginan untuk mengembangkan usaha.” Ujar Adi. Kenangan munculnya inspirasi yang tidak akan dilupakannya. Ketika itu Adi langsung mencari informasi tentang pembuatan teh dua daun. Berbagai macam cara yang berbeda ia dapatkan resepnya dari teman juga internet. Dari banyak versi tersebut Adi memadukan sehingga tercipta resep ala Supriadi.
Teh buatan Adi ini memang beda. Meskipun kita belum merasakannya dengan perbandingan teh dua daun yang lain di Tenggarong ini. Seiring manis dan segarnya minuman tersebut, penjualannya juga laris manis. Keuntungan bisa dua kali lipat dari modal yang dikeluarkan untuk bahan dasarnya. Perhari Adi mampu menjual teh dua daun sebanyak 80 buah cup atau gelas dengan total biaya modal dasar sebesar Rp 50.000,-. Satu gelas teh dijual seharga Rp 6.000,- untuk ukuran kecil dan 10.000,- untuk ukuran jumbo .Dapat diketahui keuntungannya Rp. 80.000,- perhari. Apabila dihitung selama satu bulan berarti keuntungannya bisa mencapai omset Rp. 2.500.000,-.
Adi menyiapkan beberapa strategi khusus untuk mengatasi lemahnya penjualan. Agar tetap laris manis strategi yang dapat dibocorkan olehnya yaitu pertama mempertahankan dan mengembangkan rasa.  Adi akan membuat teh dua daun dengan aneka rasa, tidak hanya teh berasa asli atau original saja, namun beragam bentuk dan rasa. Hal itu penting agar pelanggan tahu dan mengenal lebih akrab dengan teh dua daun buatan Adi.
Selama  ini teh-teh buatan adi dikemas biasa-biasa saja karena kapasitas produksi masih terbatas. Tapi untuk teh dua daun ini, Adi lebih serius mengelola pembuatannya. Karena konsumen sudah banyak yang membeli dan berlangganan. Banyak persiapan-persiapan yang dilakukannya mulai dari penambahan modal, penyediaan tempat yang strategis, sampai dengan kemasan dan iklan yang akan dibuat lebih menarik lagi. “Biar pengunjung lebih manis lagi.” ujarnya.
Teh dua daun yang dikenal segar dingin manis ini juga akan dikreasikan dengan rasa cincau atau jeli. Karena masyarakat lebih cenderung suka dengan teh dengan campuran cincau atau jeli. “Maka dari itu saya akan lebih banyak mengkreasikan teh dua daun saya ini. Tidak hanya segar dingin saja,” tutur Adi  sambil menyuguhkan segelas teh dua daun buatannya.