Selasa, 02 Juni 2015

Novia Rizky Dinda Andriani
1402055077



All The President Men
Sutradara : Alan J. Pakula
Pemeran : Robert Redford, Dustin Hoffman, Jason Robards
Rilis : 1976
Genre : Drama, history, mystery

All The President’s Men merupakan sebuah film jurnalistik yang sangat apik. Melalui film ini, kita dapat mengetahui bagaimana pekerjaan sehari-hari seorang wartawan dalam memburu berita.kekuatan sesungguhnya dari film ini adalah ceritanya yang mengalir dengan sangat baik meskipun penonton sangat memerlukan pengetahuan sejarah Skandal Watergate yang mumpuni untuk benar-benar memahami film ini secara keseluruhan. Skandal Watergate adalah salah satu skandal politik yang paling menggemparkan dalam sejarah pemerintahan Amerika Serikat. Kasus ini berawal dari dipergokinya 5 orang pencuri yang tertangkap basah sedang menyusup ke komplek perhotelan Watergate yang merupakan basis dari Partai Demokrat. Investigasi menjadi semakin meluas sampai berdampak pada mundurnya Presiden Nixon dari jabatannya pada tahun 1974 (pertama kalinya dalam sejarah seorang Presiden AS mengundurkan diri). Kasus itu bisa terungkap berkat kontribusi besar dari dua orang wartawan muda harian Washington Post, yakni Bob Woodward dan Carl Bernstein.
Woodwart dan Berstein menampilkan aksi kewartawanan pada level tertinggi, yakni investigasi. Ada sisi lain yang ditampilkan dua sosok ini dalam menelusuri skandal Watergate, bukan hanya sebagai wartawan namun juga detektif. Dalam film ini, saya amat terkesan oleh semua praktek jurnalistik yang dilakoni dua wartawan tersebut.
    Proses wawancara pada tingkat yang lebih sulit pun menghadang dua wartawan ini. . Mereka mewawancara puluhan orang yang bekerja di bagian keuangan pemerintahan untuk mengetahui aliran dana sebesar $25.000 tersebut. Mereka melakukannya Door to door. Putus asa hampir menghinggapi perasaan dua orang ini, tapi wawancara demi wawancara terus mereka lakukan. Akhirnya, mereka menemukan orang yang bersedia mengungkap untuk apa aliran dana tersebut. Ternyata dana itu digunakan untuk kegiatan spionase dalam kasus Watergate. Bayangkan, untuk mengetahui sebuah aliran dana saja, mereka berdua mesti mewancara puluhan orang bahkan sampai larut malam.
Ada salah satu bagian diawal film yang menyinggung soal dinamika keredaksian. Woodwart mengumpulkan hasil liputannya. Namun, tulisan Woodwart dikoreksi oleh Bernstein yang lebih senior berkiprah sebagai jurnalis. Mereka berdua berdebat soal kualitas tulisan. Bernstein menganggap tulisan Woodwart tentang Watergate tidak mempunyai titik fokus. Lead yang ditulis Woordwart tidak menentukan arah tulisan dan kejelasan orang yang terlibat.
Sebagai seorang wartawan, terlebih pegiat pers mahasiswa, kredibilitas seorang wartawan dipertaruhkan dalam tulisan. Maka koreksi dari teman sesama wartawan sangat penting sebelum disiarkan ke khalayak. Masyarakat akan bisa menilai kualitas wartawan bahkan juga media tempat ia bernaung. Jika saja tulisan yang dibuat kacau, bisa jadi seorang wartawan akan berperkara di Dewan Pers dan citra media yang bersangkutan akan memburuk. Namun, apabila sebuah tulisan dapat dipahami maksud, arah, dan substansinya, reputasi wartawan dan media yang bersangkutan juga meningkat. Maka, aturan mengenai penulisan teras berita, tubuh berita, struktur kalimat, EYD, dan lain-lain mesti diperhatikan betul-betul jika tak ingin bersinggungan dengan keredaksian dan publik tentunya.

    Bernstein dan Woodwart juga serius dengan perkembangan infomasi terkait Watergate. Berita yang baik tentunya tak mencakup kulit luar, tapi mendalam dan terus diikuti perkembangannya, inilah follow up. Jika tidak demikian, tak mungkin dua wartawan ini dianugrahi penghargaan Putlizer. Betapa tidak, berita yang ditulis dua wartawan ini mengungkap pelaku kriminal yang melibatkan pejabat tinggi pemerintah, sampai tuntas, berakhir di pengadilan, dan Nixon menyerah. 


Sutradara : Alan J. Pakula
Pemeran : Robert Redford, Dustin Hoffman, Jason Robards
Rilis : 1976
Genre : Drama, history, mystery

All The President’s Men merupakan sebuah film jurnalistik yang sangat apik. Melalui film ini, kita dapat mengetahui bagaimana pekerjaan sehari-hari seorang wartawan dalam memburu berita.kekuatan sesungguhnya dari film ini adalah ceritanya yang mengalir dengan sangat baik meskipun penonton sangat memerlukan pengetahuan sejarah Skandal Watergate yang mumpuni untuk benar-benar memahami film ini secara keseluruhan. Skandal Watergate adalah salah satu skandal politik yang paling menggemparkan dalam sejarah pemerintahan Amerika Serikat. Kasus ini berawal dari dipergokinya 5 orang pencuri yang tertangkap basah sedang menyusup ke komplek perhotelan Watergate yang merupakan basis dari Partai Demokrat. Investigasi menjadi semakin meluas sampai berdampak pada mundurnya Presiden Nixon dari jabatannya pada tahun 1974 (pertama kalinya dalam sejarah seorang Presiden AS mengundurkan diri). Kasus itu bisa terungkap berkat kontribusi besar dari dua orang wartawan muda harian Washington Post, yakni Bob Woodward dan Carl Bernstein.
Woodwart dan Berstein menampilkan aksi kewartawanan pada level tertinggi, yakni investigasi. Ada sisi lain yang ditampilkan dua sosok ini dalam menelusuri skandal Watergate, bukan hanya sebagai wartawan namun juga detektif. Dalam film ini, saya amat terkesan oleh semua praktek jurnalistik yang dilakoni dua wartawan tersebut.
    Proses wawancara pada tingkat yang lebih sulit pun menghadang dua wartawan ini. . Mereka mewawancara puluhan orang yang bekerja di bagian keuangan pemerintahan untuk mengetahui aliran dana sebesar $25.000 tersebut. Mereka melakukannya Door to door. Putus asa hampir menghinggapi perasaan dua orang ini, tapi wawancara demi wawancara terus mereka lakukan. Akhirnya, mereka menemukan orang yang bersedia mengungkap untuk apa aliran dana tersebut. Ternyata dana itu digunakan untuk kegiatan spionase dalam kasus Watergate. Bayangkan, untuk mengetahui sebuah aliran dana saja, mereka berdua mesti mewancara puluhan orang bahkan sampai larut malam.
Ada salah satu bagian diawal film yang menyinggung soal dinamika keredaksian. Woodwart mengumpulkan hasil liputannya. Namun, tulisan Woodwart dikoreksi oleh Bernstein yang lebih senior berkiprah sebagai jurnalis. Mereka berdua berdebat soal kualitas tulisan. Bernstein menganggap tulisan Woodwart tentang Watergate tidak mempunyai titik fokus. Lead yang ditulis Woordwart tidak menentukan arah tulisan dan kejelasan orang yang terlibat.
Sebagai seorang wartawan, terlebih pegiat pers mahasiswa, kredibilitas seorang wartawan dipertaruhkan dalam tulisan. Maka koreksi dari teman sesama wartawan sangat penting sebelum disiarkan ke khalayak. Masyarakat akan bisa menilai kualitas wartawan bahkan juga media tempat ia bernaung. Jika saja tulisan yang dibuat kacau, bisa jadi seorang wartawan akan berperkara di Dewan Pers dan citra media yang bersangkutan akan memburuk. Namun, apabila sebuah tulisan dapat dipahami maksud, arah, dan substansinya, reputasi wartawan dan media yang bersangkutan juga meningkat. Maka, aturan mengenai penulisan teras berita, tubuh berita, struktur kalimat, EYD, dan lain-lain mesti diperhatikan betul-betul jika tak ingin bersinggungan dengan keredaksian dan publik tentunya.

    Bernstein dan Woodwart juga serius dengan perkembangan infomasi terkait Watergate. Berita yang baik tentunya tak mencakup kulit luar, tapi mendalam dan terus diikuti perkembangannya, inilah follow up. Jika tidak demikian, tak mungkin dua wartawan ini dianugrahi penghargaan Putlizer. Betapa tidak, berita yang ditulis dua wartawan ini mengungkap pelaku kriminal yang melibatkan pejabat tinggi pemerintah, sampai tuntas, berakhir di pengadilan, dan Nixon menyerah.