Selasa, 02 Juni 2015

Nama : Wisnu Prasetya
NIM  : 1402055125


Gelandangan, hingga kini masih terus menjadi fenomena di berbagai kota besar, dan ini buktinya di Jalan Achmad Dahlan Samarinda tampak anak-anak yang berjualan dan meminta – minta. Jumlahnya kian bertambah seiring dengan hancurnya sumber daya alam di pinggiran dan pedalaman. Bagaimana dengan Kota Samarinda?. Gelandangan barangkali sulit ditemukan, tetapi tidak sulit untuk menemukan sejumlah anak-anak, laki-laki dan perempuan yang menghabiskan sebagian besar waktunya di jalanan. Lihat saja, hampir di semua perempatan jalan selalu di jumpai anak-anak menawarkan koran lokal dari pagi hingga larut malam. Tak sulit melihat di kala malam mereka terkantuk-kantuk duduk di media jalan. Sementara di siang hari, terkadang mereka membahayakan diri, bermain, kejar-kejaran atau bersepeda saling silang di keramaian jalanan.

Siapakah anak-anak itu? Adakah mereka anak-anak yang terlahir di Kota Samarinda yang seharusnya masih duduk di bangku sekolah dengan biaya di tanggung oleh pemerintah Kota. Bukankah Gubernur Kalimantan Timur periode 2013 – 2018 dalam kampanyenya berjanji untuk mengambil alih pembiayaan anak-anak yang putus sekolah lewat posko drop out?,  Atau jangan-jangan mereka adalah anak-anak yang berasal dari luar daerah, yang dimobilisir untuk diekploitasi oleh sekelompok orang demi keuntungan ekonomi. Mereka adalah korban trafficking, sengaja di datangkan ke Kota Samarinda, tempat banyak orang kaya yang mudah iba.
            Dan benar saja, di saat bulan puasa, anak-anak ini kerap kali mendapat santunan makanan. Bungkus makanan terlihat berserak di perempatan jalan menjelang malam. Dan menjelang akhir masa puasa, jumlah anak-anak yang menunggu di perempatan kian banyak, karena akan ada banyak orang membagikan zakat dalam bentuk uang. Jika anak-anak ini dan mungkin juga keluarganya disebut sebagai penyandang masalah sosial maka jumlah mereka tidaklah sebanyak penyandang masalah sosial di kota-kota besar layaknya di pulau Jawa sana. Maka para pihak yang bertanggung jawab masih punya sumber daya atau kemampuan untuk melakukan intervensi agar masalah ini segera bisa diatasi. Jika tidak maka fenomena anak-anak di perempatan ini akan bertambah besar dan masalahnya juga akan berkembang kearah lain.