Selasa, 02 Juni 2015

Nama : Atikah Widyanisa
NIM : 1402055130

Feature News
                Banjir Terus Menghantui

Jum’at, 20 maret 2015, hujan terus membasahi kota Samarinda, langit terlihat gelap dan suara petir pun terus menghantui. Pada hari itu dimana hujan tak kunjung berhenti, Samarinda kembali kedatangan musuh yang tak pernah ditunggu-tunggu, banjir yang semakin tidak bisa dikendalikan. Mobil-mobil yang sedang melintasi jalan antasari terpaksa harus berjalan pelan dan tak punya jalan lain untuk melawati banjir tersebut. Banyak warga yang mengeluh akibat banjir tersebut karena mereka merasa bahwa masalah ini tak pernah bisa diperbaiki secara maksimal. Banjir di Samarinda semakin parah akibat daerah pusat kota tak memiliki sarana pengendali banjir seperti waduk dan daerah resapan air. Melihat keadaan samarinda sekarang, dahulu resapan air yang menjadi sahabat untuk kota ini telah pergi dan menjadi bangunan-bangunan megah. Di siang hari yang mendung gelap banyak orang-orang yang sedang menyupir menggurutu dengan sendirinya dengan apa yang mereka hadapi. Air yang tak kunjung surut haruslah membasahi mobil mereka dan menghambat aktivitas yang harus mereka jalani. Para pengendara motor melintasi banjir dengan berjalan kaki dan menyeret kendaraan mereka akibat tak bisa menyala mogok di genangi air. Banjir di Samarinda kini semakin meluas dan sangat menganggu aktivitas masyarakat setempat.
Beberapa solusi telah dilaksanakan namun tetap hasilnya sangat tidak maksimal. Tak hanya pusat kota, namun ruas jalan menghubungkan kota Samarinda seperti ke kota Bontang di kecamatan Samarinda Utara dan Samarinda seberang menghubungkan kota Balikpapan kerap terendam banjir. Terpaksa perjalanan Samarinda-Balikpapan harus menempuh waktu yang lama karena banjir tersebut. Para pengendara mobil dan motor berjalan pelan membuat jalan tersebut padat dan bis-bis serta truk tak bisa menempuh jalan dengan kecepatan tinggi sehingga kemacetan pun terjadi.
Dalam keramaian gerutu masyarakat, ada seorang ibu yang sedang menyerok air yang menggenangi rumahnya. Dia tak mengeluarkan sepatah kata pun untuk mengeluh dengan sendirinya, sabar adalah hal utama yang menyelimuti dirinya. “hal seperti ini sudah lama saya alami namun jika hanya mengomel dan tak melakukan usaha apapun tak akan pernah hal ini tidak terulang pasti akan selalu begini keadaannya” itulah sepatah kata yang dikatakan oleh Ibu Muslihah salah satu warga di daerah antasari. Waktu telah menunjukkan pukul 14.00 WITA namun banjir juga tak kunjung surut serta hujan pun tak berhenti. Lalu lintas sudah tak beraturan tak tahu sampai kapankah Samarinda akan seperti ini mengalami masalah yang tak kunjung usai. Semoga saja di tahun yang akan datang tak akan ada masalah serupa yang dihadapi kota ini.