Selasa, 02 Juni 2015

Nama            : Andi Muhammad Rezha Putra Hanafiah
NIM              : 1402055164


Seorang Penjaga Kebun Berjuang Demi Keluarga Tercinta

 
Saat kumandang adzan Dhuhur bergema di langit, pria paruh baya ini bergegas meninggalkan perkebunan menuju rumah sederhananya untuk menunaikan ibadah sholat dan melepas penat untuk beristirahat sejenak. Nampak wajah dan kaos biru yang melekat ditubuhnya dibasahi keringat karena udara siang yang begitu menyengat kulit.

Rupanya, seorang pria paruh baya tersebut bernama bapak Aji yang berusia (53) yang baru saja selesai menyemprot alang-alang di perkebunan milik Paman saya dengan luas 1 hektar yang jauh dari rumahnya. Sudah sejak 2006, bapak Aji bekerja sebagai penjaga perkebunan milik Pak Dese Rahmatdianur yang merupakan paman saya sendiri. “Tugas saya merawat kebun, mencangkul, memangkas rumput dan memberi pupuk serta memanen buah,” ujar bapak Aji .

Di kebun yang ditanami 15 pohon rambutan,12 pohon durian  dan 14 pohon pisang itu hanya ditangani seorang diri oleh bapak Aji. Beliau menceritakan, dulu  perawatan kebun sebenarnya dikerjakan oleh 2 orang. Namun kini sudah berkurang karena pekerja tersebut merasa kurang cocok dengan pekerjaan itu, menurutnya.

Namun pria paruh baya ini bersyukur karena gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. bapak Aji bekerja dari pukul 08.00 – 16.00 WIB, pekerjaan yang menguras tenaga ini membuat bapak Aji lebih semangat  “Alhamdulillah, walau sering kekurangan saya tetap bersyukur atas rezeki yang didapat,” kata bapak Aji penuh syukur.

Bapak Aji bekerja dari Senin hingga Sabtu, jika dihitung-hitung maka pendapatan rata-rata tiap bulan yang bapak Aji kantongi hanya 780 ribu rupiah. “Walau digaji kecil, saya harus tetap bekerja karena kalau tidak kerja, maka kasihan anak istri harus menahan lapar,” ungkap bapak Aji.

Walau dalam keterbatasan perekonomian keluarga, bapak Aji tetap bersabar dan menjalin hubungan baik dengan paman saya. Bapak Aji berharap, dengan kerja kerasnya ini dapat membantu menutupi kebutuhan keluarga. “Yang penting waras selamet, cukup untuk makan walau hanya dengan lauk teri,” ucap bapak Aji penuh syukur dengan nada yang sendu…