Kamis, 04 Juni 2015

Raysyahdan Pramana Atmojo 
1402055170


Lapangan Parkir Fisipol: Berkah atau Bencana?
Berita oleh: Raysyahdan Pramana Atmojo (1402055170)

Saat itu cerah. Matahari yang melayang dengan perkasanya di angkasa yang berwarna biru megah tampak memancarkan sinarnya dengan penuh gairah, memanaskan seluruh permukaan bumi tanpa ampun. Daerah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tampak penuh dengan kerumunan mahasiswa yang bergegas menuju ruangannya masing-masing, tanpa memedulikan teriknya hawa panas yang menerpa Samarinda selama beberapa hari belakangan ini.
            Seorang mahasiswa bertubuh tambun datang sambil mengendarai sepeda motor Supra X keluaran tahun 2005 dengan penuh semangat. Namun ia tampak kebingungan, sepertinya ia sedang mencari lahan parkir yang masih kosong di depan gedung akademik untuk ia tempati. Sayang, tak ada satupun lahan tersisa, dan satu-satunya pilihan kini hanya satu: lahan parkir utama Fisipol yang selalu berantakan dan tampak tidak terurus.
            Masalah parkir sudah menjadi masalah utama sejak beberapa tahun belakangan ini. Banyaknya jumlah mahasiswa yang membawa kendaraan bermotor – terutama sepeda motor – telah membuat seluruh lahan parkir yang tersedia selalu penuh ketika semua mahasiswa tiba. Biasanya mereka akan memilih untuk parkir di parkiran yang terletak di depan gedung akademik. Namun, lahan parkir yang tersedia di sana hanya sedikit, sehingga untuk dapat parkir di sana akan sangat memerlukan ketajaman mata (untuk mencari lahan parkir yang masih kosong), ketangkasan dalam membawa sepeda motor (terutama dalam kecepatan rendah, mengingat Anda harus berbelok ke sana-sini untuk bisa mencapai lahan parkir yang anda harapkan), dan keberuntungan. Namun jika seluruh lahan parkir depan gedung akademik telah terisi penuh, maka satu-satunya pilihan hanya satu: lahan parkir utama yang terletak di samping gedung akademik.
            Semua mahasiswa di Fisipol tentu sudah sangat mengetahui reputasi dari lapangan parkir utama Fisipol: Sesak, dan kelewat berantakan ketika hari menjelang siang. Yang membuatnya makin parah adalah bahwa Anda bisa saja kehilangan helm atau bahkan sepeda motor kesayangan Anda jika anda memilih untuk parkir di lapangan parkir utama tersebut.
            Seperti yang disampaikan oleh Adnan Rico Saputra, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisipol, “Parkiran Fisip itu kalau sudah penuh, motor aja sampai nggak bisa lewat. Belum lagi kalau sampai ada yang kehilangan helm atau motor, bakal makin parah jadinya,” akunya.
            Sayangnya, masalah ini tampaknya seperti dianggap sebagai angin lalu saja oleh petinggi Fisipol. Banyak komplain yang telah disampaikan, baik dari mahasiswa maupun masyarakat umum yang secara kebetulan memiliki urusan di sana dan terpaksa memarkirkan kendaraan mereka di lapangan parkir utama. Entah sampai kapan masalah ini akan terus berlanjut. (rpa)