Raysyahdan Pramana
Atmojo
1402055170
Lapangan
Parkir Fisipol: Berkah atau Bencana?
Saat itu cerah. Matahari yang melayang dengan
perkasanya di angkasa yang berwarna biru megah tampak memancarkan sinarnya
dengan penuh gairah, memanaskan seluruh permukaan bumi tanpa ampun. Daerah
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik tampak penuh dengan kerumunan mahasiswa
yang bergegas menuju ruangannya masing-masing, tanpa memedulikan teriknya hawa
panas yang menerpa Samarinda selama beberapa hari belakangan ini.
Seorang
mahasiswa bertubuh tambun datang sambil mengendarai sepeda motor Supra X
keluaran tahun 2005 dengan penuh semangat. Namun ia tampak kebingungan,
sepertinya ia sedang mencari lahan parkir yang masih kosong di depan gedung
akademik untuk ia tempati. Sayang, tak ada satupun lahan tersisa, dan
satu-satunya pilihan kini hanya satu: lahan parkir utama Fisipol yang selalu
berantakan dan tampak tidak terurus.
Masalah
parkir sudah menjadi masalah utama sejak beberapa tahun belakangan ini. Banyaknya
jumlah mahasiswa yang membawa kendaraan bermotor – terutama sepeda motor –
telah membuat seluruh lahan parkir yang tersedia selalu penuh ketika semua
mahasiswa tiba. Biasanya mereka akan memilih untuk parkir di parkiran yang
terletak di depan gedung akademik. Namun, lahan parkir yang tersedia di sana
hanya sedikit, sehingga untuk dapat parkir di sana akan sangat memerlukan
ketajaman mata (untuk mencari lahan parkir yang masih kosong), ketangkasan
dalam membawa sepeda motor (terutama dalam kecepatan rendah, mengingat Anda
harus berbelok ke sana-sini untuk bisa mencapai lahan parkir yang anda
harapkan), dan keberuntungan. Namun jika seluruh lahan parkir depan gedung
akademik telah terisi penuh, maka satu-satunya pilihan hanya satu: lahan parkir
utama yang terletak di samping gedung akademik.
Semua
mahasiswa di Fisipol tentu sudah sangat mengetahui reputasi dari lapangan
parkir utama Fisipol: Sesak, dan kelewat berantakan ketika hari menjelang
siang. Yang membuatnya makin parah adalah bahwa Anda bisa saja kehilangan helm
atau bahkan sepeda motor kesayangan Anda jika anda memilih untuk parkir di
lapangan parkir utama tersebut.
Seperti
yang disampaikan oleh Adnan Rico Saputra, mahasiswa Ilmu Komunikasi Fisipol,
“Parkiran Fisip itu kalau sudah penuh, motor aja sampai nggak bisa
lewat. Belum lagi kalau sampai ada yang kehilangan helm atau motor, bakal makin parah jadinya,” akunya.
Sayangnya,
masalah ini tampaknya seperti dianggap sebagai angin lalu saja oleh petinggi
Fisipol. Banyak komplain yang telah disampaikan, baik dari mahasiswa maupun
masyarakat umum yang secara kebetulan memiliki urusan di sana dan terpaksa
memarkirkan kendaraan mereka di lapangan parkir utama. Entah sampai kapan
masalah ini akan terus berlanjut. (rpa)