All The President's Men
“Terbongkarnya skandal Watergate”
All The President’s Men adalah dramatisasi kegiatan
jurnalistik dua orang reporter bernama Carl
Bernstein dan Bob Woodward. Mereka
menjadi jurnalis salah satu harian terbesar di negeri Paman Sam, yaitu The
Washington Post. Secara khusus, film ini menceritakan peliputan skandal Watergate oleh Bernstein dan Woodward pada
awal tahun 1970an, yang berujung pada mundurnya Richard Nixon
dari
kepresidenan Amerika Serikat.
Film diawali dengan adegan penyusupan lima orang ke
kantor pusat Partai Demokrat, yang berada di area perkantoran Watergate-asal
muasal penyebutan Watergate Scandal. Karena dianggap hanya sekedar penyusupan
biasa, The Washington Post menugaskan Woodward, yang saat itu baru beberapa bulan menjadi reporter di
sana, untuk meliput kasus ini di pengadilan setempat.
Ketika Woodward berusaha mengumpulkan informasi
terkait penyusupan ini, ia mendapati fakta bahwa kelima orang itu memiliki
pengacara yang secara khusus mereka sewa. Woodward juga mengetahui bahwa salah
satu dari penyusup itu adalah mantan anggota Central Intelligence Agency, dan
memiliki kaitan dengan Charles Colson, penasihat khusus Presiden Nixon.
Mengingat pengalaman Woodward yang masih minim, Ben Bradlee yang saat
itu menjadi executive editor di The Washington Post, menugaskan Bernstein yang
saat itu sudah menjadi reporter selama enam tahun di The Washington Post. Pada
mulanya, Bernstein dan Woodward adalah pasangan yang tidak cocok untuk meliput
kasus ini. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka berdua bisa bekerja sama
dengan baik dalam meliput Watergate.
Melalui investigasi yang melelahkan, serta bantuan
dari sumber anonim bernama “Deep Throat”, Bernstein dan Woodward berhasil
menemukan kaitan antara dana yang para penyusup gunakan dengan Committee to
Re-elect the President. Mereka berdua juga berhasil menemukan kaitan antara
dana ini dengan Kepala Staff White House, yang pada saat itu dijabat oleh H.R.
Halderman.
Setelah tujuh bulan investigasi dan melahirkan
beberapa tulisan, yang sebenarnya belum menunjukkan hubungan antara penyusup
dengan Nixon, Bernstein dan Woodward akhirnya memulai liputan mereka tentang
upaya Nixon untuk memenangkan pemilu presiden Amerika Serikat dengan cara yang
tidak wajar.
Pada akhirnya, pembongkaran skandal Watergate yang
“dipimpin” oleh The Washington Post, membuat Presiden Nixon mengundurkan diri
di tahun 1974 dan digantikan oleh Gerald Ford.
Film besutan Alan J. Pakula yang dirilis tahun 1976
ini, menurut saya, masih merupakan film yang memberikan deskrispi paling baik
tentang jurnalisme dan wartawan. Pakula mampu membuat Dustin Hoffman, yang
memerankan Bernstein; dan Robert Redford, yang memerankan Woodward, memainkan
perannya sebagai wartawan tanpa berlebihan.
Pakula menggambarkan dengan baik bagaimana kesulitan
wartawan untuk menemui narasumber, perdebatan tak berujung dengan redaktur,
deadline yang ketat, hingga jam kerja yang tidak teratur. Tak hanya itu, Pakula
menekankan pentingnya idealisme jurnalis dalam meliput sebuah perkara.
Setelah menonton film ini, saya menyadari bahwa peran
dalam pelayan publik tidak hanya terbatas menjadi birokrat atau penegak hukum
saja. Jurnalisme, yang sudah menanamkan dirinya sebagai pilar keempat
dalam demokrasi, juga turut berperan dalam mengontrol aktivitas penguasa,
khususnya eksekutif, yang seringkali korupsi. Melalui independensi jurnalisme,
kebusukan bisa diungkap meski dengan upaya yang cukup sulit. Film ini juga
meyakinkan saya bahwa people’s power yang diwakili oleh jurnalisme, masih bisa
berperan dalam menentukan arah dan kebijakan sebuah negara.
Secara pribadi, melalui film ini, saya mendapatkan
bahwa jurnalisme masih menjadi dunia yang bisa mengusung nilai-nilai idealisme,
tanpa takut intervensi dan harus diturunkan jabatannya. Film ini juga menjadi
bukti nyata bahwa Kata Adalah Senjata.