Senin, 01 Juni 2015

Nama : Poltak Rizki

NIM    : 1402055085


Panas matahari terik dengan udara yang panas tidak menghalangi semangatnya. Tanah  dan debu adalah kawan setiap hari untuk menyambung hidup. Peluh yang bercucuran tak menghalanginya terus bekerja. Panas di ubun-ubun disertai dengan kulit yang seperti terbakar pun sudah tak dirasakannya lagi karena telah terbiasa.
Dengan ciri khas kumis tebal yang dimiliki Suwarno membuatnya selalu dipanggil Pak Raden. Kesehariannya dilalui dengan menambal jalanan yang rusak. Hanya bermodalkan cangkul dan tanah yang diambil dari belakang rumahnya, jalanan yang berlubang disulap menjadi layak dilintasi. Penghasilan setiap hari yang tak tentu dan kebutuhan sehari-hari yang makin tak tergapai olehnya kadang membuatnya menitikan air mata.
Walaupun begitu, keinginannya melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan bisa mengubah peruntungan menjadi lebih baik darinya adalah harapan besar untuk mewujudkan mimpi almarhumah sang Istri.
Selembar demi selembar uang yang diperoleh setiap hari disimpannya. Dari uang itulah secercah harapan digantungkannya untuk dapat menyekolahkan kedua anaknya. Ia tahu bahwa pendidikan adalah modal berharga untuk masa depan anak-anaknya. Hal in yang membuat Pak Raden rela berpanas-panasan untuk memenuhi keperluan kedua anaknya yang kadang membebani pikirannya, namun janjinya pada sang istri kembali menjadi pelecut semangatnya. Kegigihannya dan tekadnya ini menarik simpati beberapa tetangganya yang terkadang memberi  beras untuk makan. Terkadang pula ia meminjam uang pada tetangganya hanya sekedar untuk membeli buku tulis. Beruntung baginya, seakan telah dewasa kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar selalu mengerti keadaan dan tak pernah menuntut apa-apa dari sang ayah. Yang mereka tahu hanyalah bersekolah dengan baik akan bisa membuat ayah mereka bahagia.
Dia  pernah berkata, “ Penghasilan sehari-hari yang tak menentu selalu berusaha saya sisihkan untuk anak-anak. Walau harus tidak makan saya akan lakukan agar anak saya bahagia. Sekarang yang bisa saya lakukan selain berusaha adalah berdoa pada Tuhan. Doa saya tidak macam-macam, saya hanya mau melihat anak saya bisa mendapat pendidikan seperti anak-anak lainnya, dan bisa berbakti dan membuat bangga saya saat tua nanti.”
Perkataan Dia menjadi sebuah bukti bahwa orang tua tak pernah lelah berusaha, berkorban, dan memberikan perhatian serta kasih sayang terhadap anaknya walau apapun halangan dan rintangan yang menghadang didepan.
Panas matahari terik, udara yang panas, debu, panas di ubun-ubun dan kulit yang terbakar akan diterjangnya. Ini adalah cara Tuhan untuk menunjukkan pada Beliau kesuksesan yang sebenarnya akan datang. Tak ada lagi keluh-kesah, yang ada hanyalah semangat membara demi buah hati yang berharga untuk bisa menggapai cita-cita.