Nama : Poltak Rizki
NIM : 1402055085
Panas matahari terik dengan udara yang panas
tidak menghalangi semangatnya. Tanah dan
debu adalah kawan setiap hari untuk menyambung hidup. Peluh yang bercucuran tak
menghalanginya terus bekerja. Panas di ubun-ubun disertai dengan kulit yang
seperti terbakar pun sudah tak dirasakannya lagi karena telah terbiasa.
Dengan ciri khas kumis tebal yang dimiliki Suwarno membuatnya
selalu dipanggil Pak Raden. Kesehariannya dilalui dengan menambal jalanan yang
rusak. Hanya bermodalkan cangkul dan tanah yang diambil dari belakang rumahnya,
jalanan yang berlubang disulap menjadi layak dilintasi. Penghasilan setiap hari
yang tak tentu dan kebutuhan sehari-hari yang makin tak tergapai olehnya kadang
membuatnya menitikan air mata.
Walaupun
begitu, keinginannya melihat anak-anaknya mendapat pendidikan yang layak dan
bisa mengubah peruntungan menjadi lebih baik darinya adalah harapan besar untuk
mewujudkan mimpi almarhumah sang Istri.
Selembar
demi selembar uang yang diperoleh setiap hari disimpannya. Dari uang itulah secercah
harapan digantungkannya untuk dapat menyekolahkan kedua anaknya. Ia tahu bahwa pendidikan
adalah modal berharga untuk masa depan anak-anaknya. Hal in yang membuat Pak
Raden rela berpanas-panasan untuk memenuhi keperluan kedua anaknya yang kadang
membebani pikirannya, namun janjinya pada sang istri kembali menjadi pelecut
semangatnya. Kegigihannya dan tekadnya ini menarik simpati beberapa tetangganya
yang terkadang memberi beras untuk makan.
Terkadang pula ia meminjam uang pada tetangganya hanya sekedar untuk membeli
buku tulis. Beruntung baginya, seakan telah dewasa kedua anaknya yang masih
duduk di bangku sekolah dasar selalu mengerti keadaan dan tak pernah menuntut
apa-apa dari sang ayah. Yang mereka tahu hanyalah bersekolah dengan baik akan
bisa membuat ayah mereka bahagia.
Dia pernah berkata, “ Penghasilan sehari-hari yang
tak menentu selalu berusaha saya sisihkan untuk anak-anak. Walau harus tidak
makan saya akan lakukan agar anak saya bahagia. Sekarang yang bisa saya lakukan
selain berusaha adalah berdoa pada Tuhan. Doa saya tidak macam-macam, saya hanya
mau melihat anak saya bisa mendapat pendidikan seperti anak-anak lainnya, dan
bisa berbakti dan membuat bangga saya saat tua nanti.”
Perkataan Dia menjadi
sebuah bukti bahwa orang tua tak pernah lelah berusaha, berkorban, dan
memberikan perhatian serta kasih sayang terhadap anaknya walau apapun halangan
dan rintangan yang menghadang didepan.
Panas matahari terik,
udara yang panas, debu, panas di ubun-ubun dan kulit yang terbakar akan
diterjangnya. Ini adalah cara Tuhan untuk menunjukkan pada Beliau kesuksesan
yang sebenarnya akan datang. Tak ada lagi keluh-kesah, yang ada hanyalah
semangat membara demi buah hati yang berharga untuk bisa menggapai cita-cita.