Nama :
Muhammad Abdul Aziz
Nim :
1402055133
All The President’s Men
Sutradara : Alan J. Pakula
Pemeran : Robert Redford, Dustin Hoffman,
Jason Robards
Durasi : 138 Menit
Rilis : 4 April 1976 (Amerika Serikat)
Genre : Drama, history, mystery
IMDb : 8,0
Rotten Tomatoes : 100%
Metacritic : -
“All The President’s Men – 1976”, merupakan salah satu reportase
invenstigasi terbaik dalam sejarah pers dunia.
Kisah dua wartawan hebat, Bob Woodward dan Carl Bernstein dalam
penyelidikan korupsi Watergate untuk
media Washington Post, yang menjatuhkan Presiden AS Richard Nixon.
F
|
ilm ini bermula dari kasus spionase, pencurian, dan penyadapan di salah
satu markas milik Partai Nasional Demokrat, Watergate. Kemudian dua orang
jurnalis The Washington Post mencoba untuk menguak kasus yang mereka anggap
penuh konspirasi. Dua jurnalis tersebut yakni Bob Woodwart dan Carl Bernstein.
Kejanggalan kasus Watergate berawal dari
persidangan lima orang terdakwa. Woodwart, yang kala itu hadir dalam
persidangan mendengar bahwa salah satu terdakwa yang bernama James Mc. Cord
adalah pensiunan konsultan keamanan CIA.
Kasus kian ditelusuri. Data yang
dikumpulkan Woodwart menunjukan ada keterlibatan pemerintahan Richard Nixon,
termasuk Penasehat Khusus Presiden dan beberapa pejabat penting lainnya.
Setelah data dihimpun, ada dinamika dalam ruang redaksi nyatanya. Woodwart
barulah Sembilan bulan menjadi jurnalis di surat kabar kenamaan Amerika
tersebut. Hal itu membuat petinggi The Washington Post tak main gampang
memberikan tugas itu kepada Woodwart. Pengalamannya masih dianggap dangkal.
Setelah beberapa pimpinan bersitegang, barulah Woodwart diamanahkan untuk
menelusuri kasus tersebut. Tak tak cukup satu, redaktur Washington Post juga
menunjuk Carl Bernstein dalam peliputan skandal Watergate.
Lalu, apa hubungannya kasus Watergate
dengan pemerintahan Richard Nixon yang merupakan presiden Amerika kala
itu? Woodwart mensinyalir, adanya campur tangan Gedung Putih dalam
menyiasati pencurian dan juga penyadapan di markas Partai Nasional Demokrat.
Lantas saja petinggi gedung putih tersandung kasus. Selidik punya selidik,
orang-orang Nixon mencoba menyabotase kampanye politik pesaingnya dari Partai
Nasional Demokrat. Saat itu adalah tahun politik Amerika, Nixon kembali menjadi
kandidat calon presiden dan akhirnya menang.
Orang-orang diwawancara, data tertulis pun
kian dihimpun, saatnya Woodwart dan Bernstein menunjukkan hasil liputannya.
Mereka berdua amat yakin dengan hasilnya, juga menduga berita ini akan sangat
eksklusif. Bahkan mereka kira, surat kabar nomer wahid Amerika yakni The New
York Times tak memiliki informasi khusus terkait skadal Watergate. Namun,
apalah yang mereka terima? Pimpinan Washington Post mengira tak ada yang istimewa
dalam hasil peliputan. Data-data yang dihimpun rupanya masih dangkal. Isinya
kering dan hanya menyangkut kulit luar dari kasus itu. Berita tentang Watergate
belum jadi diterbitkan. Woodwart kecewa, pun dengan Bernstein. Walhasil, mereka
mesti putar otak lebih keras.
Tidak jadi terbit, Woodwart dan Bernstein
tak hentikan langkah. Tibalah saatnya Woodwart memanfaatkan jaringan yang ia
miliki. Tentu untuk mengorek banyak informasi. Ia menghubungi kenalannya di
Gedung Putih. Pertemuan rahasia dengan orang dalam pemerintahan ia agendakan.
Orang ini akan jadi informan dalam kasus yang Woodwart dan Berstein telusuri.
Tibalah saat pertemuan rahasia, orang
misterius itu dinamai Deep Throat. Woodwart menginginkan Deep Throat mengungkap
semua yang diketahuinya tentang skandal Watergate. Namun Deep Throat tidak
secara gamblang membeberkan semua hal, hanya kata kuncinya saja. Woodwart
nampak bingung. Mesti darimana ia memulai? Akhirnya Deep Throat ingin agar
Woodwart dan Berstein menelusuri uang berjumlah $25.000 yang ada di rekening
salah satu tersangka pencurian. Kenapa harus uang itu? Karena dana tersebut
mengalir dari Komite Pemenangan Kembali Presiden Richard Nixon ke rekening
pelaku pencurian Watergate.
Pemberitaan tentang skandal Watergate
tersiarkan. Gedung Putih gempar. Aksi dari dua wartawan ini menyeret beberapa
nama penting di pemerintahan. Mulailah terkuak konspirasi pejabat tinggi Gedung
Putih dalam kasus Watergate. Dalam proses peliputan, Woodwart dan Bernstein
jadi sosok berbahaya. Hal demikian membuat agen khusus negara tak tinggal diam.
Mereka berdua kerap dibuntuti mata-mata, gerak-gerik mereka diawasi. Bahkan,
komunikasi yang dilakukan dua wartawan ini bisa jadi disadap. Deep Throat lah
yang memberitahukan hal itu kepada Woodwart dan Berstein.
Usaha dua wartawan ini bukan tidak
menghadapi batu sandungan. Banyak orang yang enggan mengungkap kebenaran saat
diwawancara. Agen khusus negara mencoba menekan beberapa orang yang terlibat
supaya mengunci rapat mulutnya. Woodwart dan Berstein mesti susah payah mencari
narasumber yang sukarela menjadi kunci terkuaknya kasus. Belum lagi, akibat
pemberitaan tersebut, pemerintah mengecam paktek jurnalisme yang dilakukan
Washington Post. Menteri Penerangan Amerika saat itu, Ronal Ziegler, menganggap
Washington Post telah menerbitkan pemberitaan yang keji terkait Watergate.
Woodwart dan Berstein tetap di garda
depan, mereka masih di jalurnya meski tekanan politik menghujam Washington
Post. Berita demi berita makin menyulitkan beberapa pejabat Gedung Putih untuk
menutupi skandal Watergate. Nama-nama yang Woodwart dan Berstein ungkap dalam
tulisan mereka perlahan mulai terseret ke meja hijau.
Akhirnya, dalam gelar perkara pengadilan,
nama-nama yang diungkap Woodwart dan Bernstein dalam skandal kasus Watergate
dinyatakan bersalah. Dalam salah satu bukti, Richard Nixon terlibat. Ia
nyatanya menyetujui kegiatan spionase dalam kasus Watergate. Pemerintahan Nixon
ambruk, kekuatannya melemah. Pada 9 Agustus 1974, Richard Nixon menyatakan
mengundurkan diri sebagai presiden negara yang bergelar Adidaya.
Kekurangan Film
Bila
membahas mengenai kekurangan film ini jujur saat saya menonton film ini
kata-kata yang saya ucapkan adalah “Saya Bingung, tokohnya terlalu banyak.”. Akibat
dari tokoh yang begitu banyak, saya sempat tidak fokus pada isi cerita,
sehingga mengulang beberapa bagian film. Namun, hal tersebut wajar apabila
melihat isi cerita. Mengapa? All The Presidents Men adalah film yang diangkat
dari buku berdasarkan kisah nyata tentang skandal Watergate. Dalam kenyataanya
pun tokoh atau pelaku yang terlibat sangat banyak. Hal ini cukup penting
dilakukan agar penonton memahami film dan realita sebenarnya tentang skandal
Watergate. Nama-nama yang ada dalam film sangat berpengaruh pada proses
peliputan dan fakta terkait skandal Watergate tahun 1972. Penonton mesti tahu
secara menyeluruh tentang Watergate dan siapa saja yang terlibat. Saya tidak
akan membahas dari segi sinematografi. Selain kurang paham akan hal tersebut,
saya kira film ini cukup memberikan pemahaman lebih jauh tentang film dan
Jurnalisme.