Selasa, 02 Juni 2015

Nama   : Muhammad Abdul Aziz
Nim     : 1402055133

All The President’s Men
Sutradara : Alan J. Pakula
Pemeran : Robert Redford, Dustin Hoffman, Jason Robards
Durasi : 138 Menit
Rilis : 4 April 1976 (Amerika Serikat)
Genre : Drama, history, mystery

IMDb : 8,0
Rotten Tomatoes : 100%
Metacritic : -

“All The President’s Men – 1976”, merupakan salah satu reportase invenstigasi terbaik dalam sejarah pers dunia.
Kisah dua wartawan hebat, Bob Woodward dan Carl Bernstein dalam penyelidikan  korupsi Watergate untuk media Washington Post, yang menjatuhkan Presiden AS Richard Nixon.
 

F
ilm ini bermula dari kasus spionase, pencurian, dan penyadapan di salah satu markas milik Partai Nasional Demokrat, Watergate. Kemudian dua orang jurnalis The Washington Post mencoba untuk menguak kasus yang mereka anggap penuh konspirasi. Dua jurnalis tersebut yakni Bob Woodwart dan Carl Bernstein.
Kejanggalan kasus Watergate berawal dari persidangan lima orang terdakwa. Woodwart, yang kala itu hadir dalam persidangan mendengar bahwa salah satu terdakwa yang bernama James Mc. Cord adalah pensiunan konsultan keamanan CIA.
Kasus kian ditelusuri. Data yang dikumpulkan Woodwart menunjukan ada keterlibatan pemerintahan Richard Nixon, termasuk Penasehat Khusus Presiden dan beberapa pejabat penting lainnya. Setelah data dihimpun, ada dinamika dalam ruang redaksi nyatanya. Woodwart barulah Sembilan bulan menjadi jurnalis di surat kabar kenamaan Amerika tersebut. Hal itu membuat petinggi The Washington Post tak main gampang memberikan tugas itu kepada Woodwart. Pengalamannya masih dianggap dangkal. Setelah beberapa pimpinan bersitegang, barulah Woodwart diamanahkan untuk menelusuri kasus tersebut. Tak tak cukup satu, redaktur Washington Post juga menunjuk Carl Bernstein dalam peliputan skandal Watergate.
Lalu, apa hubungannya kasus Watergate dengan pemerintahan Richard Nixon yang merupakan presiden Amerika kala itu?  Woodwart mensinyalir, adanya campur tangan Gedung Putih dalam menyiasati pencurian dan juga penyadapan di markas Partai Nasional Demokrat. Lantas saja petinggi gedung putih tersandung kasus. Selidik punya selidik, orang-orang Nixon mencoba menyabotase kampanye politik pesaingnya dari Partai Nasional Demokrat. Saat itu adalah tahun politik Amerika, Nixon kembali menjadi kandidat calon presiden dan akhirnya menang.
Orang-orang diwawancara, data tertulis pun kian dihimpun, saatnya Woodwart dan Bernstein menunjukkan hasil liputannya. Mereka berdua amat yakin dengan hasilnya, juga menduga berita ini akan sangat eksklusif. Bahkan mereka kira, surat kabar nomer wahid Amerika yakni The New York Times tak memiliki informasi khusus terkait skadal Watergate. Namun, apalah yang mereka terima? Pimpinan Washington Post mengira tak ada yang istimewa dalam hasil peliputan. Data-data yang dihimpun rupanya masih dangkal. Isinya kering dan hanya menyangkut kulit luar dari kasus itu. Berita tentang Watergate belum jadi diterbitkan. Woodwart kecewa, pun dengan Bernstein. Walhasil, mereka mesti putar otak lebih keras.
Tidak jadi terbit, Woodwart dan Bernstein tak hentikan langkah. Tibalah saatnya Woodwart memanfaatkan jaringan yang ia miliki. Tentu untuk mengorek banyak informasi. Ia menghubungi kenalannya di Gedung Putih. Pertemuan rahasia dengan orang dalam pemerintahan ia agendakan. Orang ini akan jadi informan dalam kasus yang Woodwart dan Berstein telusuri.
Tibalah saat pertemuan rahasia, orang misterius itu dinamai Deep Throat. Woodwart menginginkan Deep Throat mengungkap semua yang diketahuinya tentang skandal Watergate. Namun Deep Throat tidak secara gamblang membeberkan semua hal, hanya kata kuncinya saja. Woodwart nampak bingung. Mesti darimana ia memulai? Akhirnya Deep Throat ingin agar Woodwart dan Berstein menelusuri uang berjumlah $25.000 yang ada di rekening salah satu tersangka pencurian. Kenapa harus uang itu? Karena dana tersebut mengalir dari Komite Pemenangan Kembali Presiden Richard Nixon ke rekening pelaku pencurian Watergate.
Pemberitaan tentang skandal Watergate tersiarkan. Gedung Putih gempar. Aksi dari dua wartawan ini menyeret beberapa nama penting di pemerintahan. Mulailah terkuak konspirasi pejabat tinggi Gedung Putih dalam kasus Watergate. Dalam proses peliputan, Woodwart dan Bernstein jadi sosok berbahaya. Hal demikian membuat agen khusus negara tak tinggal diam. Mereka berdua kerap dibuntuti mata-mata, gerak-gerik mereka diawasi. Bahkan, komunikasi yang dilakukan dua wartawan ini bisa jadi disadap. Deep Throat lah yang memberitahukan hal itu kepada Woodwart dan Berstein.
Usaha dua wartawan ini bukan tidak menghadapi batu sandungan. Banyak orang yang enggan mengungkap kebenaran saat diwawancara. Agen khusus negara mencoba menekan beberapa orang yang terlibat supaya mengunci rapat mulutnya. Woodwart dan Berstein mesti susah payah mencari narasumber yang sukarela menjadi kunci terkuaknya kasus. Belum lagi, akibat pemberitaan tersebut, pemerintah mengecam paktek jurnalisme yang dilakukan Washington Post. Menteri Penerangan Amerika saat itu, Ronal Ziegler, menganggap Washington Post telah menerbitkan pemberitaan yang keji terkait Watergate.
Woodwart dan Berstein tetap di garda depan, mereka masih di jalurnya meski tekanan politik menghujam Washington Post. Berita demi berita makin menyulitkan beberapa pejabat Gedung Putih untuk menutupi skandal Watergate. Nama-nama yang Woodwart dan Berstein ungkap dalam tulisan mereka perlahan mulai terseret ke meja hijau.
Akhirnya, dalam gelar perkara pengadilan, nama-nama yang diungkap Woodwart dan Bernstein dalam skandal kasus Watergate dinyatakan bersalah. Dalam salah satu bukti, Richard Nixon terlibat. Ia nyatanya menyetujui kegiatan spionase dalam kasus Watergate. Pemerintahan Nixon ambruk, kekuatannya melemah. Pada 9 Agustus 1974, Richard Nixon menyatakan mengundurkan diri sebagai presiden negara yang bergelar Adidaya.

Kekurangan Film
            Bila membahas mengenai kekurangan film ini jujur saat saya menonton film ini kata-kata yang saya ucapkan adalah “Saya Bingung, tokohnya terlalu banyak.”. Akibat dari tokoh yang begitu banyak, saya sempat tidak fokus pada isi cerita, sehingga mengulang beberapa bagian film. Namun, hal tersebut wajar apabila melihat isi cerita. Mengapa? All The Presidents Men adalah film yang diangkat dari buku berdasarkan kisah nyata tentang skandal Watergate. Dalam kenyataanya pun tokoh atau pelaku yang terlibat sangat banyak. Hal ini cukup penting dilakukan agar penonton memahami film dan realita sebenarnya tentang skandal Watergate. Nama-nama yang ada dalam film sangat berpengaruh pada proses peliputan dan fakta terkait skandal Watergate tahun 1972. Penonton mesti tahu secara menyeluruh tentang Watergate dan siapa saja yang terlibat. Saya tidak akan membahas dari segi sinematografi. Selain kurang paham akan hal tersebut, saya kira film ini cukup memberikan pemahaman lebih jauh tentang film dan Jurnalisme.