Selasa, 02 Juni 2015



Nama : Atikah Widyanisa
NIM : 1402055130


Analisis berita menggunakan hukum dan etika pers


Seorang Bocah Tewas Tenggelam di Lubang Sedalam 40 Meter

Selasa, 23 Desember 2014 | 20:15 WIB
SAMARINDA, KOMPAS.com – Rahmawati menangis pilu di rumahnya di Jalan Padat Karya, Sempaja Selatan, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Selasa (23/12/2014). Perempuan berusia 37 tahun ini menangisi kepergian anaknya yang tewas tenggelam di bekas lubang galian tambang yang diduga milik perusahaan tambang batubara PT Graha Benua Etam (GBE) pada Senin (22/12/2014).
Di dalam rumah sederhana yang terbuat dari kayu berukuran 6x12 meter itu, Rahmawati terus mengurai air mata. Beberapa ibu tetangga Rahmawati ikut menangis sembari bergantian memeluk Rahmawati. Tak ada yang dapat diucapkan Rahmawati selain terus menyesali kepergian anaknya.
“Sedih rasanya, usianya baru 10 tahun. Tidak ada firasat sebelumnya,” ujarnya sembari terbata-bata.
Anaknya tersebut bernama Muhammad Raihan Saputra. Bocah yang akrab dipanggil Raihan ini meninggal karena tenggelam. Korban diperkirakan tewas sekitar pukul 14.00 siang dan jasadnya baru diangkat pada pukul 17.30 sore oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan tim SAR setempat. Tubuh Raihan didapatkan di kedalaman 8 meter, sementara kedalaman lubang bekas tambang yang berisi air tersebut diperkirakan mencapai 40 meter.
Rahmawati menceritakan, Raihan kecil baru dua hari menikmati masa hari liburan sekolah. “Sabtu kemarin baru ngambil rapor semester ganjil di SDN 009, Pinang Seribu,” ungkapnya.
Perempuan yang sehari-hari berjualan nasi campur dan gorengan itu tidak pernah menyangka anaknya tewas dengan cara yang tak wajar.
“Baru saja kemarin malam dinasihati bapaknya agar tak main jauh-jauh dan ingat pulang kalau sudah waktunya. Sekarang sudah enggak ada,” kenangnya sembari terus menangis.
Disamping Rahma, Misransyah, ayah korban juga tampak menangis.
“Raihan itu suka main bola dan suka bergaul. Ia sangat dikenal luas oleh anak-anak sini karena keluwesannya bergaul,” kenang Misran, panggilan akrabnya.
Penulis : Kontributor Samarinda, Gusti Nara
Editor : Farid Assifa

Analisis:
1.    Judul

-Seorang Bocah Tewas Tenggelam di Lubang Sedalam 40 Meter-

Menurut saya, penulis seharusnya menggunakan kata-kata yang lebih menarik lagi agar para pembaca lebih penasaran, tidak langsung memberitahu apa inti berita tersebut, jika membaca judulnya pasti para pembaca sudah tau inti dari berita ini adalah bocah yang tenggelam. Bisa dibuat menjadi lebih singkat agar menjadi menarik sehingga membuat penasaran pula.

2.    Lead

-SAMARINDA, KOMPAS.com – Rahmawati menangis pilu di rumahnya di Jalan Padat Karya, Sempaja Selatan, Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), Selasa (23/12/2014). Perempuan berusia 37 tahun ini menangisi kepergian anaknya yang tewas tenggelam di bekas lubang galian tambang yang diduga milik perusahaan tambang batubara PT Graha Benua Etam (GBE) pada Senin (22/12/2014).-

            Menurut saya, kalimat ini sudah cukup bagus untuk dijadikan sebagai lead. karena orang sudah mulai dapat berfikir isi dari berita ini dan sudah ada penjelasan mengenai lubang apa yang dimaksud dengan berita ini dan mengapa Rahmawati menangis yaitu karena kepergian anaknya yang tenggelam di lubang galian bekas tambang. Lead ini sudah bagus karena sudah mencakup what, when, dan where meskipun tidak semua unsure terdapat didalam lead diatas.

3.    Narasumber
-Korban diperkirakan tewas sekitar pukul 14.00 siang dan jasadnya baru diangkat pada pukul 17.30 sore oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan tim SAR setempat. Tubuh Raihan didapatkan di kedalaman 8 meter, sementara kedalaman lubang bekas tambang yang berisi air tersebut diperkirakan mencapai 40 meter.-

Menurut saya, Narasumber telah menjelaskan bahwa korban diperkirakan meninggal sekitar pukul 14.00 dan jasadnya ditemukan 17.30 waktu yang cukup lama sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tubuh jasad ini sudah tidak sempurna lagi, tidak dalam keadaan baik. Kedalaman 8 meter sudah termasuk dalam bagi anak umur 10 tahun, membuat dia susah bernafas hingga akhirnya meninggal dunia

4.    Body

-“Di dalam rumah sederhana yang terbuat dari kayu berukuran 6x12 meter itu, Rahmawati terus mengurai air mata. Beberapa ibu tetangga Rahmawati ikut menangis sembari bergantian memeluk Rahmawati. Tak ada yang dapat diucapkan Rahmawati selain terus menyesali kepergian anaknya.-

-Perempuan yang sehari-hari berjualan nasi campur dan gorengan itu tidak pernah menyangka anaknya tewas dengan cara yang tak wajar.-

Menurut saya, penulis sangat detail dalam menginfokan berita, membuat para pembaca ikut mengetahui apa yang terjadi pada saat itu, bagaimana keadaannya. Dengan menggunakan penjelasan mengenai ukuran rumah Rahmawati, para pembaca pun merasa iba dan ikut sedih.
Di kalimat kedua harusnya penulis tidak mencantumkan kalimat tewas dengan cara yang tak wajar, karena hal itu akan membuat hati Rahmawati dan suaminya semakin sedih dan sangat menyesal, bisa diganti dengan kata lain yang lebih sopan dan tidak menyakiti hati Rahmawati dan suaminya Misransyah.